“Penyelidikan masih berjalan. Dugaan awal memang gantung diri, tapi kami tidak menutup kemungkinan adanya faktor lain,” jelas Kapolsek.
Meski polisi masih bekerja, keluarga korban sudah lebih dulu menanggung beban terberat: kehilangan seorang anak yang baru saja merajut masa depan.
Baca Juga:
Polisi Bongkar Makam Siswi 14 Tahun di Labusel, Usut Dugaan Kejanggalan Kasus Gantung Diri
“Kami hanya ingin tahu kebenaran. Kenapa bisa begini. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi,” ucap seorang kerabat singkat dengan mata berkaca-kaca.
Kini, sampel jaringan tubuh korban sedang diproses untuk pemeriksaan laboratorium patologi anatomi. Jawaban atas misteri ini masih ditunggu banyak pihak.
Kasus ini menjadi pengingat bagi banyak keluarga. Tekanan batin dan masalah remaja sering kali tersembunyi di balik sikap diam atau senyum tipis. Tidak selalu terlihat, tapi bisa sangat membebani.
Baca Juga:
Ekshumasi di Kampung Rakyat: Polres Labusel Pastikan Penyebab Kematian Siswi 14 Tahun
Di Desa Tanjung Medan, duka kehilangan seorang anak perempuan kini menjadi renungan bersama. Bagi sang ibu, air mata mungkin akan terus menetes setiap kali mengingat pintu kamar yang pernah menjadi saksi terakhir putrinya.
Dan bagi masyarakat, tragedi ini adalah panggilan untuk lebih mendengarkan, lebih peduli, dan lebih menjaga anak-anak mereka—agar tidak ada lagi duka yang sama menyelimuti kampung kecil itu.*